Keterlambatan Beasiswa Pendidikan Indonesia Timbulkan Kekhawatiran
13/06/2024 : 08.00 WIB
Jakarta, 13 Juni 2024 — Kejelasan pengumuman dan pencairan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) menjadi sorotan publik setelah terjadinya peretasan terhadap Pusat Data Nasional (PDN). Gangguan siber ini berdampak langsung pada akses sistem informasi beasiswa, menyebabkan proses administratif terganggu dan pengumuman hasil seleksi serta pencairan dana beasiswa mengalami penundaan.
Sejumlah calon penerima beasiswa mengungkapkan kekhawatiran mereka atas keterlambatan ini. Bagi sebagian besar pelamar, khususnya mereka yang akan segera memulai studi di luar negeri, ketidakpastian ini berdampak pada persiapan administrasi, visa, dan keberangkatan. Tidak sedikit pula yang telah mengundurkan diri dari pekerjaan atau menolak tawaran beasiswa lain karena menaruh harapan besar pada program BPI yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Saya sudah mendapatkan LoA dari universitas tujuan, tapi sekarang semua proses administratif tertahan karena belum ada kepastian dari pihak penyelenggara beasiswa. Kami tidak tahu harus menunggu sampai kapan,” ujar Maria Lestari, salah satu pelamar beasiswa jenjang S2 ke Eropa, dalam wawancara via daring. Ia mewakili keresahan ratusan pelamar lain yang menggantungkan harapan pada program beasiswa tersebut.
Menanggapi situasi ini, pihak LPDP menyampaikan bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan Kemendikbudristek dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk memulihkan sistem dan menjamin keamanan data pelamar. Meskipun demikian, belum ada tanggal pasti mengenai kapan pengumuman dan pencairan dana akan dilakukan. Dalam pernyataan tertulis, LPDP menyebutkan bahwa seluruh proses akan tetap dilanjutkan segera setelah sistem kembali pulih sepenuhnya.
Para pengamat pendidikan mengingatkan bahwa krisis ini harus dijadikan pelajaran penting mengenai ketergantungan tinggi terhadap sistem digital tanpa cadangan atau protokol krisis yang memadai. “Peretasan memang tidak bisa sepenuhnya dihindari, tetapi sistem strategis seperti pengelolaan beasiswa harus memiliki sistem pemulihan bencana yang kuat. Ini menyangkut masa depan generasi muda Indonesia,” ujar Dr. Heru Santosa, pengamat kebijakan pendidikan dari Universitas Indonesia.
Dalam jangka pendek, para calon penerima berharap ada komunikasi yang lebih terbuka dan intensif dari penyelenggara beasiswa. Kejelasan informasi dianggap lebih penting dibanding sekadar janji pemulihan sistem. Program BPI sendiri selama ini dikenal sebagai salah satu instrumen penting dalam mencetak talenta unggul nasional, sehingga ketidakpastian yang berkepanjangan dapat berdampak pada kredibilitas program dan kepercayaan publik terhadap sistem pendukung pendidikan nasional.
Indrawan Susetyo berkontribusi dalam penulisan artikel ini.