Layanan Bimbingan dan Konseling Menghadapi Dampak Negatif Informasi Digital
25/05/2024 : 08.00 WIB
Meningkatnya paparan anak-anak terhadap materi digital dan platform daring menimbulkan tantangan baru dalam dunia pendidikan serta perkembangan psikologis mereka. Fenomena ini berpotensi memicu berbagai dampak negatif, seperti gangguan konsentrasi, perilaku agresif, penurunan prestasi akademik, hingga kecanduan perangkat digital. Menanggapi kondisi ini, layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah memiliki peran strategis dalam mendampingi siswa agar mampu menghadapi dampak buruk tersebut.
Meskipun platform daring menawarkan potensi luar biasa dalam mendukung proses belajar, platform ini juga bisa menjadi sumber konten yang tidak ramah anak jika tidak diawasi secara ketat. Banyak siswa yang secara tidak sadar terpapar informasi yang mengandung kekerasan, pornografi, berita bohong, maupun perundungan siber. Kondisi ini menuntut adanya pendekatan yang lebih sistematis dan mendukung di lingkungan sekolah, terutama melalui peran aktif guru BK.
Guru BK berperan sebagai pendamping dan fasilitator kesehatan mental siswa. Melalui layanan konseling individu maupun kelompok, mereka dapat membantu siswa memahami dampak negatif penggunaan media digital, menumbuhkan kesadaran kritis, serta melatih kontrol diri saat berinteraksi dengan teknologi. Selain itu, pendekatan preventif melalui edukasi digital dan program literasi media juga menjadi bagian utama dalam layanan pendampingan ini.
Menurut ahli psikologi, Dr. Nurhayati Prasodjo, “Pendekatan pendampingan yang berhasil harus melibatkan tiga pilar: siswa, guru, dan orang tua. Konselor tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kolaborasi intensif dengan wali kelas dan keluarga untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat bagi anak-anak. Anak-anak perlu diajak berdiskusi dan berdialog, bukan hanya ditegor atau dilarang.”
Beberapa sekolah kini mulai merancang inovasi layanan pendampingan yang terintegrasi dengan teknologi, seperti konseling daring, program literasi digital, dan kampanye anti-kecanduan perangkat. Tidak sedikit pula yang menjalin kerja sama dengan lembaga eksternal dan psikolog profesional untuk memperkuat dukungan terhadap siswa yang menunjukkan gejala kecanduan media atau mengalami tekanan psikologis akibat penggunaan media sosial.
Dengan meningkatnya kesadaran dan peran aktif layanan BK, diharapkan sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga menjadi ruang yang aman dan sehat bagi siswa dalam menghadapi tantangan era digital. Pendidikan karakter dan literasi digital yang didampingi oleh layanan BK akan menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi yang tangguh, bijak dalam bermedia, serta sehat secara mental di tengah derasnya arus informasi.
Suhas Caryono berkontribusi dalam penulisan artikel ini.