Peran Strategis Guru BK dalam Menyukseskan Program 7 Kebiasaan Anak Hebat
28/12/2024 : 08.30 WIB
Peluncuran program nasional “Tujuh Kebiasaan Anak Hebat” oleh Kemendikdasmen pada akhir Desember 2024 menandai komitmen kuat pemerintah dalam membentuk karakter dan pola hidup sehat siswa sejak dini. Program ini memuat tujuh kebiasaan utama yang meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta istirahat yang cukup. Dalam implementasinya, peran guru bimbingan dan konseling (BK) menjadi sangat vital, tidak hanya sebagai pendamping siswa, tetapi juga sebagai agen perubahan yang memastikan kebiasaan tersebut tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Guru BK memiliki posisi strategis dalam mendeteksi, memotivasi, dan membina perilaku siswa secara menyeluruh. Mereka bukan sekadar konselor ketika siswa menghadapi masalah, tetapi juga mentor pembentukan karakter. Dalam konteks program ini, guru BK dapat melakukan asesmen perilaku awal siswa, menyusun rencana tindak lanjut yang sesuai dengan kebutuhan individu, dan memantau perkembangan siswa dalam menerapkan ketujuh kebiasaan tersebut. Dengan pendekatan yang bersifat personal dan empatik, guru BK mampu menjangkau siswa yang kesulitan membangun kebiasaan positif dan memberikan intervensi yang tepat sasaran.
Penerapan “Tujuh Kebiasaan Anak Hebat” membutuhkan dukungan emosional dan psikologis yang konsisten, terutama bagi siswa yang mengalami kendala di rumah atau lingkungan sosialnya. Di sinilah guru BK berperan sebagai jembatan antara siswa, orang tua, dan sekolah. Mereka dapat memfasilitasi sesi konseling kelompok, kampanye internal sekolah, serta memberikan edukasi kepada wali murid terkait pentingnya membentuk kebiasaan baik di rumah. Lebih jauh, guru BK juga bisa mengembangkan modul pembinaan karakter berbasis kebiasaan harian yang terintegrasi dengan layanan konseling di sekolah.
Kebiasaan seperti gemar belajar dan istirahat cukup, misalnya, seringkali berkaitan erat dengan kondisi mental anak yang mungkin menghadapi tekanan akademik atau kurang dukungan di rumah. Guru BK dapat melakukan pendekatan preventif melalui pelatihan manajemen waktu dan keseimbangan hidup. Selain itu, guru BK juga dapat mengarahkan siswa untuk mengenali dan mengelola emosi, meningkatkan rasa percaya diri, serta mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap kebiasaan sehat mereka. Ini merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter yang utuh dan berdaya tahan tinggi di tengah tantangan zaman.
Tak kalah penting, guru BK dapat bersinergi dengan wali kelas dan guru mata pelajaran lainnya untuk memastikan implementasi kebiasaan tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Misalnya, guru mata pelajaran mendukung kebiasaan gemar belajar, guru olahraga menguatkan kebiasaan berolahraga, dan guru agama memperkuat kebiasaan beribadah. Di tengah sinergi tersebut, guru BK menjadi koordinator penguatan nilai dan evaluasi karakter. Melalui rapat rutin guru, pemetaan perilaku siswa, serta dokumentasi perkembangan, guru BK memastikan setiap kebiasaan anak hebat terukur dan berkelanjutan.
Program “Tujuh Kebiasaan Anak Hebat” adalah peluang besar bagi dunia pendidikan untuk melampaui batas pembelajaran konvensional. Dengan keterlibatan aktif guru BK, proses pembentukan karakter tidak hanya menjadi program formal, melainkan bagian dari kultur sekolah. Guru BK memiliki mandat moral dan profesional untuk menanamkan nilai-nilai hidup sehat, produktif, dan bermakna. Bila dijalankan secara konsisten, program ini bukan hanya akan melahirkan siswa yang cerdas dan sehat, tetapi juga pribadi yang utuh dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan penuh keyakinan dan integritas.
Suhas Caryono berkontribusi dalam penulisan artikel ini.